infogeh.com, Lampung – Tim Pengabdian Kepada Masyarakat Dosen Politeknik Negeri Lampung melaksanakan kegiatan transfer ilmu kepada masyarakat tentang Pascapanen kopi di Desa Penantian, Kec. Ulubelu, Kabupaten Tanggamus. Dalam kegiatan ini turut serta dihadiri tim dosen dan PLP/teknisi Program Studi Pengelolaan Perkebunan Kopi Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan, serta perwakilan perangkat desa, penyuluh dan gapoktan, Sabtu (12/07/25).
Pada kegiatan pengabdian ini di ketuai oleh Hafiz Luthfi, S.P., M.P. yang terdiri dari anggota Rikardo Silaban, S.Pt., M.Si., IPM., Alexander Sembiring, S.T., M.T., dan Tandaditya Ariefandra Airlangga, S.P., M.Sc. dengan judul Penerapan Sortasi Biji Sebagai Strategi Peningkatan Daya Saing dan Nilai Tambah Petani Kopi Desa Penantian Kecamatan Ulubelu Tanggamus.
Penyampaian materi disampaikan oleh Hafiz Luthfi, S.P., M.P. serta dilakukan praktek langsung bagaiamana cara sortasi biji kopi serta alat-alat yang dibutuhkan. Selanjutnya dilakukan diskusi bersama terkait permasalahan pascapanen yang terjadi di desa Penantian Kec. Ulubelu. Kec. Ulubelu merupakan salah satu desa dengan potensi kopi yang luar biasa, namun akhir-akhir ini cenderung komoditas kopi menjadi lesu karena harga yang fluktuatif dan banyak lagi permasalahan seperti serangan hama dan penyakit serta tanaman yang sudah tidak produktif.
Masalah utama yang menyebabkan lesunya minat petani terhadap penanganan pascapanen adalah harga yang tidak menentu pada tingkat pengepul atau gudang.
Namun, hal ini tidak bisa menjadi penentu utama bahwa pengepul/gudang yang semena-mena menentukan harga. Setelah kami analisa lebih lanjut salah satu faktornya karena petani kopi belum mampu menjaga kualitas panen mereka sehingga pengepul tidak bisa memberikan harga beli terbaik ke petani.
Hal ini yang mendasari pengepul/gudang selalu memberi harga beli lebih rendah ke petani dibandingkan harga basis yang berlaku.
Saat ini petani kopi di Tanggamus belum menerapkan sortasi biji kopi panen mereka, sehingga petanipun tidak tahu mengenai kualitas panen mereka.
Yang terjadi saat ini petani hanya mampu menyetor ke pengepul/gudang dengan Mutu 5 atau 6 dengan kadar air 15-20% sedangkan mutu kopi yang layak disetorkan ke pabrik besar dari pengepul/gudang adalah Mutu 4A (komersil) dengan kadar air 12-14%.
Kendala ini yang menyebabkan pengepul/gudang memberi harga beli lebih rendah ke petani, karena mereka harus melakukan pengolahan terlebih dahulu untuk mencapai mutu komersil yang siap disetorkan ke pabrik besar.
Dengan adanya PKM ini yang memberi pengetahuan atau ilmu mengenai penerapan sortasi biji kopi petani dapat tercerahkan untuk mengetahui kualitas panen mereka sehingga petani dapat mengevaluasi bagaimana cara budidaya dan pascapanen yang tepat agar mendapatkan kualitas/mutu panen yang sesuai dengan keinginan pasar baik itu gudang atau pabrik besar.
Setelah dilaksanakannya PKM ini kami berharap petani terbantu untuk menjaga kualitas panen mereka agar mendapatkan harga jual kopi terbaik sehingga pendapatan mereka bisa meningkat.
Selain membantu masyarakat dalam transfer ilmu dan teknologi, kami berharap dapat membantu penyuluh pendamping untu menjalankan program di wilayahnya sehingga dapat berkolaborasi dalam membantu masyarakat khususnya petani kopi agar mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.(/red)